Antara Takut dan Harap

"Apabila Allah Ta'ala bukakan pintu raja' (harapan), maka saksikan apa yang Allah berikan untukmu. Apabila kamu ingin Allah bukakan pintu khauf (takut), perhatikanlah apa yang telah engkau amalkan mentaati Allah." (Imam Ibnu Atha'illah)

Saudaraku, ada dua hal yang bisa memotivasi orang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu amal, yaitu raja' (harap) dan khauf (takut). Biasanya, orang akan bersemangat kalau ada untungnya dan orang akan menghindar kalau tahu bahayanya.

Raja' adalah harapan yang selalu dipanjatkan oleh seorang hamba kepada Allah SWT; harapan agar amal ibadahnya diterima, harapan agar terhindar dari perbuatan yang dimurkai Allah, dan harapan agar selalu berada dalam rida-Nya.

Sikap harap kepada Allah akan mendatangkan ketenangan dan optimisme dalam hidup. Betapa tidak, Allah adalah pemilik segala-galanya. Ia Mahatahu apa yang terbaik bagi kita. Semua tindakan-Nya teramat tepat, tidak mungkin salah. Karena itu, kita jangan salah menggantungkan harapan diri. Semakin kuat harapan kita pada Allah, akan semakin tenteram pula hidup ini. Sebaliknya, semakin berharap pada makhluk, akan semakin gelisah hidup kita.

Di samping raja', ada pula sikap khauf atau takut. Pentingkah rasa takut itu? Sangat penting. Allah SWT "menakuti-nakuti" manusia dengan ancaman siksaan neraka. Untuk apa? Agar kita menghindari perbuatan maksiat.

Allah SWT menciptakan banyak ketakutan, misalnya takut akan kematian. Ada orang yang tidak takut kepada dosa, tetapi takut kepada mati. Takut mati itu baik, karena bisa membuat kita memperbanyak amal. Jika suatu saat kita melakukan perjalanan, kita harus membayangkan siapa tahu kita meninggal ketika berada dalam kendaraan! Karena itu, berusahalah untuk selalu berdzikir. Andaikan kita meninggal, insya Allah meninggalnya dalam keadaan berdzikir.

Perasaan raja' dan khauf; harap dan takut ini hanya sah bila ditujukan pada Allah semata. Kita boleh berharap dan takut kepada makhluk dalam takaran yang wajar, karena makhluk tidak dapat mencelakakan diri tanpa izin Allah. Yakinlah, tidak ada yang dapat mencelakakan kita tanpa seizin dari Allah Yang Maha Berkuasa. Yang tak kalah penting, kita harus menempatkan sikap raja' dan khauf ini dalam keadaan seimbang dan proporsional. Bila terlalu besar rasa harap, dengan mengabaikan rasa takut, kita akan cenderung menyepelekan amal bahkan terjatuh pada ketertipuan diri. Sebaliknya, bila terlalu takut dengan mengabaikan harapan, kita akan cenderung fatalis, berputus asa, dan hilangnya optimisme dalam diri.

Sebagai sebuah ilustrasi, ada orang yang sering was-was dalam shalat, mulai dari wudhu hingga takbir. Ketika wudhu ia melakukannya berkali-kali, karena selalu merasa bahwa wudhunya tidak sempurna. Begitupun ketika takbir, ia melakukannya berkali-kali hingga menggangu orang yang ada di sebelahnya. Sikap was-was seperti ini bersumber dari tidak seimbangnya raja' dan khauf dalam beribadah. Rasa takutnya (khauf) terlalu berlebihan, sehingga menimbulkan kemudharatan. Begitupun sebaliknya, ada orang yang terlalu pede, sehingga ia kurang memperhatikan aturan atau rukun-rukun dalam ibadah, sehingga ibadahnya terkesan asal-asalan. Yang terbaik, sekali lagi, adalah terjaganya keseimbangan di antara raja' dan khauf tersebut. Allah adalah Dzat Yang Maha Pemaaf, Dia akan mengampuni setiap dosa dan ketidaksempurnan dari amal setiap manusia, selama niat si hamba ikhlas karena Allah. Wallahu a'lam bish-shawab.

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Post a Comment