Sampai Kapan Menunda Taubat?

Dengarlah saudaraku,
Allah swt telah memanggil kita: “Wahai hamba-Ku yang melampaui batas atas diri mereka, jangan putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang...’ Rasakanlah dalam-dalam bagaimana nuansa kasih dan sayang Allah swt dalam firman-Nya tersebut...

Lalu,
Mengapa kita tidak juga mau segera kembali kepada Allah swt? Padahal Rasulullah saw telah mengabari kita betapa kegembiraan Allah swt menerima taubat hamba-Nya. “Allah lebih senang dengan taubat hambaNya dari pada orang yang kehilangan hewan yang dikendarainya saat berada di tanah yang tandus. Orang itu mencari kendaraan hewannya padahal di sanalah makanan dan minumannya. Hingga ia putus asa mencarinya dan berbaring di bawah pohon. Namun tiba-tiba hewan kendaraannya telah berada di sisinya. Ia lalu mengambil tali kekang hewannya dan mengatakan, “Ya Allah,Engkau hambaku dan aku tuhanmu,” orang itu keliru mengatakannya karena terlalu gembira.” (HR.Muslim ) Lihatlah kegembiraan dan kesenangan Allah swt menerima kita...Jika kita bertaubat..

Saudaraku,
Seperti itulah ungkapan Al Qur ’an, hadits yang menyeru kita untuk bertaubat dan kembali kepada Allah swt.Sampai kapan kita menunda dan mengakhirkan taubat? Padahal kematian selalu datang tiba-tiba dan ketika itu tak ada lagi kesempatan untuk menabung amal shalih dan membersihkan diri. Mungkinkah kita menunggu kematian itu? Apa yang kita tunggu, Jika kita tahu bahwa rahmat Allah swt melampaui dosa yang pernah dilakukan oleh orang yang membunuh seratus jiwa. Jika rahmat Allah lebih luas dan tinggi dari dosa seorang pelacur lalu memberi minum seekor anjing karena Allah. Apakah rahmat Allah swt tidak bisa menerima dosa-dosa yang kita lakukan, padahal Dia adalah Rabb Yang telah menyatakan Dirinya dengan sifat Maha Pengampun, Maha Pemaaf, Maha Penerima Taubat. Jika kita telah mengetahui fakta ampunan yang Allah swt berikan untuk mereka, apakah rahmat Allah menjadi sempit mengampuni dosa-dosa kita? Padahal Allah swt dalam hadits qudsi berfirman, “Jika kalian tidak melakukan dosa, niscaya Allah akan mendatangkan kaum selain kalian, lalu kalian berdosa dan memohon ampun kepada Allah, kemudian Allah swt memberi ampunan kepada mereka.” Perhatikanlah juga bagaimana keluasan rahmat Allah swt dalam hadits qudsi yang lain, “Wahai ibnu Adam,jika dosamu mencapai ketinggian langit kemudian engkau datang
kepada-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku, Aku ampuni engkau seberapa banyakpun dosamu dan Aku tidak peduli. Wahai Ibnu Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, niscaya Aku datangi engkau dengan sepenuh bumi ampunan. Wahai Ibnu Adam, jika engkau menyeru dan meminta-Ku,Aku ampuni kesalahanmu dan Aku tidak peduli.”(HR.Tur udzi)

Saudaraku,
Jika kita menganggap Allah swt adalah kekasih kita, ketahuilah bahwa Dia menunggu kedatangan kita hari-hari ini, di bulan ini. Allah swt menanti kita datang dan bersimpuh ke hadapan-Nya. Mari dengarkanlah apa yang difirmankan-Nya, “Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku satu jengkal, maka aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta. Jika hamba-Ku mendekat kepadaku satu hasta, Aku akan mendekat kepada-Nya satu depa. Jika hamba-Ku mendatangiku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari. (HR.Bukhari) Perhatikanlah lagi dengan seksama dan mendalam saudaraku. Betapa kasih sayangnya Allah swt kepada kita...

Saudaraku,
Bahkan, barangkali kita tidak mengetahui keluasan ampunan Allah swt mencakup dosa yang dilakukan berulang-ulang. Dengarlah bagaimana firman Allah swt dalam hadits qudsi. “Seorang hamba melakukan dosa dan mengatakan, “Ya Tuhan aku telah berdosa, ampunilah aku.. ”Maka Allah swt berfirman, “Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Rabb Yang mengampunkan dosa dan menghitung dosanya. Aku bersaksi pada kalian (para Malaikat) bahwa Aku telah mengampuninya.” Tapi kemudian hamba itu melakukan dosa kembali dan mengatakan seperti yang dikatakannya semula. Maka Allah swt menjawabnya dengan jawaban yang sama. Hingga keempat kali kondisi itu berulang, Allah swt berfirman, “Tulislah oleh kalian (para Malaikat), bagi hamba-Ku ampunan yang tidak pernah hapus. Maka biarkanlah hamba-Ku melakukan apa yang ia inginkan.” (HR.Bukhari)

Jangan terkejut dulu saudaraku. Karena hadits ini pasti ini bukan sama sekali menganjurkan kita berulang melakukan dosa dan kemaksiatan. Bukan sama sekali meremehkan kadar dosa dan maksiat kepada Allah swt. Tapi hadits ini lebih menerangkan masalah hati yang selalu gelisah atas dosa dan selalu kembali bertaubat atas penyimpangannya. Sedangkan orang yang hatinya tidak tenang dengan dosa dan selalu bertaubat, tidak akan melakukan dosa berulang-ulang. Itulah esensi makna yang dikandung dalam hadits tersebut.

Saudaraku,
Hari-hari ini, adalah hari-hari sangat istimewa. Saat pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup. Ketika rahmat Allah swt tercurah luar biasa kepada hamba-hamba-Nya di bulan ini. Bulan yang nilainya tak mungkin terbayar dengan seluruh usia kita di dunia. Mari sama-sama taubat saudaraku. Tengadahkan tangan kita di malam ini. Ketuk pintu rahmat-Nya dan pinta ampunan-Nya. Bayangkanlah, Allah swt begitu bergembira menerima kehadiran kita....

Post a Comment