Sekarang Juga Berdo’alah

Saudaraku,
Apa yang kita pinta dari Allah swt? Allah itu dekat. Sangat dekat. “Jika hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sdekat. Aku menjawab permintaan orang yang meminta jika ia meminta kepada-Ku…” (QS. Al Baqarah:186). Maka pintalah kepada Allah, karena Dia dekat dan pasti mengabulkan permintaan siapa pun yang meminta kepada-Nya.

Ada tiga masalah penting yang dapat kita garis bawahi dari firman Allah itu. Pertama, Allah menisbatkan diri-Nya kepada kita selaku hamba-Nya, dalam kata ‘ibaadii’ yang artinya hamba-hamba-Ku. Penyandaran nama Allah pada kita selaku hamba Allah merupakan tanda kedekatan Allah kepada kita. Tanda bahwa Allah begitu sayang dan sangat memperhatikan kita.

Kedua, Allah swt berfirman, “Sesungguhnya Aku dekat…” Jawaban itu tanpa perantara. Allah swt seperti menghapus kalimat ‘qul lahum´ (katakanlah kepada mereka) yang lazimnya ada setelah kalimat ‘wa idza saalaka ibaadii annii’ (jika salah seorang hamba-Ku bertanya tentang Aku). Allah segera menjawab langsung dengan ‘fa ‘innii qariib’ (sesungguhnya Aku dekat). Ungkapan seperti ini menandakan bahwa pintu Allah swt selalu terbuka. Allah swt memang dekat bagi siapa saja yang menyeru-Nya. Allah swt Maha Pemaaf terhadap hamba-Nya yang bertaubat kepada-Nya.

Ketiga, Allah swt segera menyatakan, ‘ujiibu da’wata daa’ii idza da’aanii’ (Aku mengabulkan permohonan jika ia memohon kepada-Ku). Firman Allah swt ini langsung ditegaskan setelah ‘fa ‘innii (sesungguhnya Aku dekat). Artinya, Allah swt tidak memerlukan lagi kalimat ‘Aku mendengarkan pinta mereka’, tapi tanpa jarak langsung mengutarakan ‘Aku mengbulkan permohonan jika ia memohon kepada-Ku.’ Itu sebabnya, Sayyid Quthb rahimahullah menyebut ayat ini dengan kalimat ‘aayah ajiibah’ (firman Allah yang menakjubkan). “Ayat ini menanamkan dalam hati orang beriman, sebuah panggilan yang menyejukkan, penuh kasih sayang dan kedekatan, keridhaan yang menenagkan, kepercayaan penuh, keyakinan yang tinggi…,” tulis Sayyid Quthb dalam kitab Fii Dzilal Al Qur’an.

Saudaraku,
Allah itu dekat. Allah swt lebih dekat dari sekadar orang tua, suami, isteri, saudara, apalagi teman dan sahabat. Bahkan tidak ada yang lebih dekat kepada diri kita kecuali Allah. Maka optimislah dengan do’a-do’a yang kita penjatkan kepada Allah swt. Karena Allah bisa mengabulkan do’a para nabi, para rasul, para wali-Nya, musuh-musuh-Nya, bahkan iblis sekalipun. Iblis, makhluk Allah yang paling dimurkai, dikabulkan permintaannya kepada Allah swt saat ia meminta penangguhan masa hidupnya hingga hari kebangkitan, untuk menggoda dan menjerumuskan Bani Adam. Tapi pengabulan pinta itu, tidak menyebabkan kedekatan Allah kepada iblis. Yang ada, justru penjauhan dan penambahan kemurkaan kepada iblis.

Siapapun yang meminta kepada Allah swt pasti dikabulkan dengan cara yang Allah kehendaki. Pasti. “Berdo’alah kepada Allah, sedangkan kalian yakin bahwa do’a itu pasti akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa Allah tidak menyambut do’a dari hati orang yang lalai,” demikian pesan Rasul saw dalam hadits shahih.

Saudaraku,
Pengabulan do’a, bukan semata karena kemuliaan orang yang meminta. Allah akan mengabulkan permintaan seorang hamba untuk memenuhi hajatnya, namun belum tentu pengabulan itu berarti Allah swt ridha dan mendekatkan si pendo’a menjadi lebih tunduk dan dekat kepada-Nya. Boleh jadi, pengabulan do’a itu justru menambah jarak antara dirinya dengan Allah swt.

Sementara di kempatan lain, Allah menahan pengabulan do’a seseorang bukan karena Dia tidak ridha dan benci, tapi bisa saja karena kecintaan dan kemuliaan si peminta. Sehingga Allah melindungi, memelihara dan menahan permintaan yang bisa menjerumuskannya pada jurang ketidakridahaan-Nya. Sebagian orang ada yang menyangka Allah tidak kunjung mengabulkan do’a karena Allah tidak mencintai, tidak memuliakan, membiarkan mereka, karena ada orang lain yang dikabulkan do’anya oleh Allah.

Saudaraku,
Berhati-hatilah dari permintaan kepada Allah swt tentang sesuatu yang kita tentukan, tapi tanpa kita mengetahui apa akibatnya, bila pinta itu dikabulkan oleh Allah. Syaikh Khalid Ar Rasyid mengatakan, “Jika kita harus meminta sesuatu yang tertentu, mintalah kepada Allah dengan tetap menggantungkan pinta itu dengan kata-kata ‘kebaikan menurut Allah swt’,” Maksudnya, bukan hanya ‘kebaikan versi kita’. Karena kebaikan versi kita, belum tentu kebaikan menurut Allah. Ada permintaan yang dalam anggapan kita baik, tapi kita tidak pernah tahu hakikatnya jika pinta itu dikabulkan. Hanya Allah swt saja yang Maha Mengetahui yang baik.

Saudaraku,
Mari perhatikan nasihat Ibnu Atha tentang rahasia do’a yang baik untuk kita tunaikan. Ia mengatakan, “Do’a itu mempunyai tiang, sayap, sebab dan waktu. Jika tiangnya dibangun, do’a menjadi kokoh. Jika sayapnya tumbuh, do’a akan bisa naik ke atas langit. Jika waktunya terpenuhi, do’a itu akan menang. Jika sebab-sebanya dilaksanakan, do’a itu akan berhasil dikabulkan. Tiang-tiang do’a itu adalah konsentrasi hati, kelembutan, ketenangan, khuyuk di hadapan Yang Maha Mengetahui yang ghaib. Sayap do’a itu, tulus dan jujur kepada Allah. Waktu do’a itu adalah waktu sahur. Sebab dikabulkannya do’a itu adalah shalawat kepada Rasulullah saw.”

Tunggu apa lagi saudaraku,
Sekarang juga, banyaklah berdo’a dan jangan bosan. Rasulullah saw mengatakan, “Sungguh orang yang paling lemah adalah yang lemah dalam berdo’a.” (Shahih Ibnu Hibban)

Sungguh luar biasa kasih sayang dan dekatnya Allah swt kepada kita....